
Nyeri pinggang sejak 2016 bukan hanya soal rasa sakit. Ia juga mencuri rutinitas, keceriaan, dan pertemanan di meja tenis.
Titik balik datang saat penopang pinggang dipakai konsisten—gerak lebih stabil, keyakinan kembali.
Bapak Dana Sobara (70 Tahun) mengingat tahun 2016 sebagai awal perubahan besar. Nyeri pinggang datang–pergi hingga membuatnya
berhenti dari hobi yang ia sukai: tenis meja. Upaya mencari pertolongan sudah dilakukan ke berbagai fasilitas kesehatan,
namun hasilnya belum bertahan lama. Di sela rasa lelah itu, ada ruang kosong: akhir pekan tanpa lapangan, obrolan teman yang jadi jarang.
Ketika Nyeri Mengambil Banyak Hal
Nyeri itu bukan sekadar rasa; perlahan ia mengganggu ritme hari. Gerak memutar atau menekuk yang dulu terasa wajar kini sering dihindari. “Kalau dipaksa, besoknya suka tambah nyeri,” ujar Bapak Dana. Pertemuan dengan teman komunitas jadi jarang, jam latihan berkurang, dan kebiasaan baik pelan-pelan tertinggal—di situ sedihnya terasa.
Mencari Jalan Keluar
Beragam penanganan dicoba. Ada momen lega, lalu keluhan kembali. Sampai akhirnya Bapak Dana mencoba
sabuk penopang pinggang Lysmelora saat beraktivitas. Bukan perubahan instan, tetapi ada sensasi “dipegang” di area lumbal
yang membuatnya berani bergerak lebih natural—tanpa terus-menerus was-was.