Jahe, kunyit, dan temulawak adalah tiga tanaman herbal populer di Indonesia yang sering digunakan dalam jamu untuk mengatasi pegal, radang, hingga nyeri pinggang. Ketiganya kaya senyawa aktif yang terbukti memiliki efek anti-inflamasi dan analgesik. Namun, bagaimana bukti ilmiah mendukung penggunaannya? Bagaimana cara meracik, dosis yang aman, dan apakah ada interaksi obat yang perlu diperhatikan?
Mengapa Jahe, Kunyit, dan Temulawak Sering Dipakai untuk Nyeri Pinggang?
Ketiga tanaman ini termasuk golongan rimpang (Zingiberaceae) yang digunakan turun-temurun dalam jamu Indonesia. Sifatnya hangat, membantu melancarkan sirkulasi, mengurangi peradangan, serta mempercepat pemulihan otot dan sendi. Dari perspektif ilmiah, kandungan bioaktifnya memang mendukung klaim tersebut:
- Jahe (Zingiber officinale): mengandung gingerol dan shogaol, bersifat anti-inflamasi dan analgesik.
- Kunyit (Curcuma longa): mengandung kurkumin, terbukti menekan mediator inflamasi (TNF-α, IL-6).
- Temulawak (Curcuma xanthorrhiza): kaya xanthorrhizol dan kurkuminoid, bermanfaat untuk radang sendi dan kesehatan hati.

Apa Kata Penelitian Ilmiah?
Sejumlah studi mendukung penggunaan rimpang ini untuk nyeri otot dan sendi:
- Sebuah meta-analisis di Journal of Pain (2015) menunjukkan ekstrak jahe dapat menurunkan nyeri otot hingga 25% setelah aktivitas fisik intens.
- Studi di Phytotherapy Research (2016) menemukan kurkumin kunyit menurunkan biomarker inflamasi pada pasien osteoartritis.
- Penelitian di Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine (2018) menunjukkan ekstrak temulawak mengurangi kekakuan sendi dan memperbaiki fungsi gerak pasien radang sendi ringan.
Catatan klinis: Efeknya paling terasa pada nyeri ringan–sedang, bukan pengganti terapi medis pada kasus saraf kejepit berat ataupun karena sakit pinggang yang sampai ke kaki.